DI PASAR tradisional Jakarta, aroma beras baru dari karung-karung putih menebar ke udara, namun pedagang masih menyebut harga yang bikin kening berkerut.
Di satu sisi, data resmi pemerintah menunjukkan pasokan beras nasional melimpah, bahkan surplus.
Di sisi lain, harga di tingkat konsumen masih merangkak naik, meninggalkan tanya: benarkah kenaikan harga ini semata karena kurangnya stok?
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Produksi Padi Nasional Mencetak Rekor Panen Raya Terbesar
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi padi pada periode Agustus hingga Oktober 2025 mencapai 15,80 juta ton gabah kering giling (GKG), naik 4,16 persen dibanding tahun sebelumnya.
Secara kumulatif, sejak Januari hingga Oktober 2025, produksi mencapai 53,87 juta ton GKG atau meningkat 12,17 persen dari periode sama tahun lalu.
Kenaikan produksi itu tak lepas dari meluasnya areal panen di 10 provinsi sentra padi, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, hingga Banten.
Baca Juga:
QR Code Pertalite Picu Pergeseran Konsumsi BBM ke Non-Subsidi
Tokoh Lintas Iman Bicara Terbuka Tentang Korupsi Pajak Dan Tunjangan DPR
Produksi Gula RI Naik, Tantangan Serapan Dan Harga Masih Mengintai
Di luar Pulau Jawa, potensi panen raya juga terlihat di Sumatera Selatan, Lampung, Aceh, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Selatan.
Produksi paling menonjol tercatat di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan dengan 235,57 ribu ton GKG, disusul Indramayu 113,46 ribu ton, serta Barito Selatan 97,94 ribu ton.
Menteri Pertanian Menyebut Kenaikan Harga Sebagai Anomali
Meski panen raya berlangsung, harga beras di sejumlah daerah tetap bergerak naik, sesuatu yang oleh pemerintah dianggap tidak wajar.
“Alhamdulillah, produksi beras kita aman, bahkan surplus 3,7 juta ton hingga Oktober,” kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Kamis 4 September 2025.
Baca Juga:
Tingkatkan Kesejahteraan Petani, Begini Strategi Pemerintah untuk Absorpsi Gabah Kering Panen
Menurut Amran, kenaikan harga lebih tepat disebut anomali karena tidak didorong oleh minimnya pasokan atau gagal panen di tingkat petani.
Ia menegaskan ketahanan pangan nasional berada pada kondisi aman, hasil dari kerja keras petani dan dukungan kebijakan pemerintah selama masa tanam.
Program Stabilisasi Pasokan Dan Harga Beras Terus Digencarkan
Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Perum Bulog mengaktifkan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di seluruh Indonesia.
Beras SPHP akan digelontorkan ke pasar tradisional, ritel modern, hingga warung kecil agar masyarakat mudah mendapatkan beras terjangkau.
“Pasokan beras SPHP akan terus membanjiri pasar, tidak ada alasan harga naik karena stok kita sangat aman,” ujar Amran menegaskan.
Dengan cara ini, pemerintah berharap rantai distribusi tetap lancar, sekaligus mencegah spekulasi harga di tingkat pengecer dan pedagang.
Baca Juga:
Pejabat Ini Tajir Tanpa Pamer, Laporan KPK Ungkap Detail Harta
Proses Hukum Ijazah Jokowi: Penyitaan Dokumen Asli dalam Bingkai KUHAP
Pemerintah Mengingatkan Masyarakat Tidak Panik Atas Isu Stok
Selain menjamin pasokan, pemerintah mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak bertanggung jawab tentang kelangkaan beras.
“Stok beras kita cukup, dan kami akan menindak tegas pihak-pihak yang menimbun atau berspekulasi,” ujar Amran menutup pernyataannya.
Imbauan ini menjadi penting mengingat setiap gejolak harga pangan kerap dijadikan lahan spekulasi, memperkeruh situasi, dan menimbulkan keresahan publik.
Dengan surplus yang diklaim mencapai jutaan ton, kini bola ada di lapangan distribusi: bagaimana memastikan beras melimpah itu benar-benar hadir di meja makan rakyat.****